2) Apa maksud dari penundaan keputusan?
3) Dalam jenis-jenis tradisi fenomenologi disebutkan bahwa fenomenologi bersifat selain objektif juga subjektif sedangkan pada kelebihan fenomenologi disebutkan bahwa fenomenologi kebenaran bersifat objektif. Apa yang benar antara jenis-jenis tradisi fenomenologi persepsi dan kelebihan fenomenologi?
4) Martin Heidegger mengemukakan tentang konsep suasana hati. Mengapa suasana hati bisa menjadi tolak ukur untuk mengetahui hakikat diri?
5) Dalam fenomenologi sebagai metode ilmu dijelaskan bahwa fenomenologi pendeskripsikannya seperti penampilannya tanpa prasangka sama sekali, apa maksudnya?
6) Pada kontribusi fenomenologi, ada pembicaraan mengenai konsep Lebenswelt (“dunia kehidupan”). Apa deskripsi atas sejarah lebenswelt (dunia kehidupan) tersebut?
7) Dari 3 kelebihan fenomenlogi yang disebutkan, apa yang bisa disimpulkan tentang fenomenologi tersebut berdasarkan kelebihannya?
8) Apa sifat dari paradigma?
9) Banyak diterapkan dalam hal apa fenomenologi itu?
10) Bagaimanakah filsafat fenomenologi menurut Edmund Husserl?
11) Bagaimana cara Husserl mengajar filsafat di German University of Freiburg?
12) Bagaimanakah pandangan Max Scheler mengenai filsafat?
13) Menurut Sumarno, Karimah, dan Damayani dalam buku Filsafat dan Etika Komunikasi pengertian filsafat dapat dibedakan menjadi 6. jelaskan pengertian nya ?
14) Sebutkan 3 ptinsip dasar fenomenologi menurut Stanley Deetz ?
15) Apakah yang dimaksud dengan Reduksi eidetic ?
Jawaban:
1)
Nomena adalah penyebab dari adanya suatu fenomena. Misalnya ada fenomena
sebuah gunung berapi meletus. Maka nomenanya adalah penyebab-penyebab dari
mengapa gunung itu bisa meletus.
2)
Penundaan keputusan adalah jika terjadi suatu fenomena misalnya ada
corpcircle yang ditemukan di area persawahan sebagai tanda bahwa itu adalah
tanda bahwa telah terjadi pendaratan uvo ditempat itu. Pernyataan ini masih
dalam penundaan keputusan karena belum diketahui pasti apakah benar ada uvo
namun tidak disangkal juga bila ini adalah pernyataan yang salah dan masih
diteliti.
3)
Jika pada kelebihan fenomenologi disebutkan bahwa fenomenologi bersifat
objektif dalam kebenarannya itu maksudnya adalah misalnya ada gunung berapi
meletus, secara objektif fenomena itu dikatakan gunung meletus. Namun bersifat
subjektif disini mengarah pada nomena atau penyebab dari adanya suatu fenomena.
Saat terjadi fenomena gunung meletus, kita mencari penyebab gunung itu meletus
dan selain mencari dari buku-buku. Kita juga bertanya pada para ahli yang sudah
ahli dibidangnya. Disini itu dinamakan bersifat subjektif karena ini menurut
para ahli.
4)
Seperti
yang kita ketahui bahwa dengan suasana hatilah kita diatur oleh dunia kita,
bukan dalam pendirian pengetahuan observasional yang berjarak. Biasanya, dengan
posisi kita yang sedang bersahabat dengan suasana hati, maka kita akan bisa
mengenali diri kita yang sesungguhnya. Inilah mengapa suasana hati bisa menjadi tolak ukur untuk
mengetahui hakikat diri.
5)
Telah disebutkan bahwa pada kelebihan fenomenologi disebutkan bahwa
fenomenologi bersifat objektif dalam kebenarannya. Jadi mendeskripsikan suatu
fenomena sesuai penampilannya atau sesuai dengan yang terlihat. Misalnya jika
terjadi gunung meletus, ya katakana jika itu gunung meletus jangan mengatakan
kalau itu banjir dan membuat prasangka.
6) Deskripsi atas sejarah lebenswelt (dunia kehidupan)
tersebut untuk menemukan ‘endapan makna’ yang merekonstruksi kenyataan sehari-hari.Maka
meskipun pemahanan terhadap makna dilihat dari sudut intensionalitas
(kesadaran) individu, namun ‘akurasi’ kebenarannya sangat ditentukan oleh aspek
intersubjektif.Dalam arti, sejauh mana ‘endapan makna’ yang detemukan itu
benar-benar di rekonstruksi dari dunia kehidupan sosial, dimana banyak subjek
sama-sama terlibat dan menghayati.
7) Berdasarkan kelebihan fenomenologi bisa ditarik
kesimpulan bahwa fenomenologi menuntut pendekatan yang holistik, bukan pendekatanpartial, sehingga
diperoleh pemahaman yang utuh mengenai objek yang diamati, hal ini lah yang
menjadi kelebihan filsafat ini sehingga banyak dipakai oleh ilmuan-ilmuan pada
saat ini terutama ilmuan sosial, dalam berbagai kajian keilmuan mereka termasuk
bidang kajian agama.
8) Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang.
8) Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang.
9)
Fenomenologi banyak diterapkan dalam epistemology, psikologi,
antropologi, dan studi-studi keagamaan (misalnya kajian atas kitab suci).
10) Edmund Husserl adalah pendiri dari aliran
filsafat fenomenologi ini. Seperti yang dikatakan di atas, fenomenologi
merupakan metoda dan filsafat. Sebagai metoda ia membentangkan langkah-langkah
yang harus diambil sehingga bisa sampai kepada fenomena yang murni. Sebagai
filsafat, fenomenologi menurut Husserl memberi pengetahuan yang perlu dan
esensial tentang apa yang ada. Dalam langkah-langkah penyelidikannya, ia
menemukan obyek-obyek (yang tak terbatas banyaknya) yang membentuk dunia yang
kita alami. Benda tersebut dapat dilukiskan menurut kesadaran di mana ia
ditemukan. Dengan begitu, fenomenologi dijelaskan sebagai kembali kepada benda,
sebagai lawan dari ilusi atau susunan fikiran, justru karena benda adalah obyek
kesadaran yang langsung dalam bentuknya yang murni.
11) Caranya Husserl mengajar adalah dalam bentuk
memimpin para mahasiswa dalam 'melihat' secara fenomenologi, ia melarang
menggunakan ide-ide yang belum diuji yang terdapat dalam tradisi-tradisi filsafat.
Ia menolak kembali kepada otoritas atau kepada nama-nama besar dalam filsafat.
Heidegger merasa bahwa metoda semacam itu merupakan pendekatan yang paling baik
bagi problema-problemanya sendiri.
12) Max Scheler (1874-1928) mempunyai keyakinan
bahwa filsafat itu, pada pokoknya, membicarakan tentang situasi historis
manusia
13) Filsafat
sebagai suatu sikap. Filsafat merupakan sikap terhadap kehidupan dan alam
semesta.Bagaimana manusia yang berfilsafat dalam menyikapi hidup dan alam
sekitarnya.
2. Filsafat sebagai suatu metoda. Berfilsafat artinya berpikir secara reflektif, yakni berpikir dengan memerhatikan unsure di belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya.
3. Filsafat sebagai kumpulan persoalan.Befilsafat artinya berusaha untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup.
4. Filsafat merupakan sistem pemikiran.Socrates, Plato, atau Aristoteles merupakan tokoh filsafat yang menghasilkan sistem pemikiran yang menjadi acuan dalam menjawab persoalan, sebagai metode, dan cara bersikap kenyataan.
5. Filsafat merupakan analisis logis. Filsafat berarti berbicara tentang bahasa dan penjelasan makna-makna yang terkandung dalam kata dan pengertian.Hampir setiap filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti istilah dan pemakaian bahasa.
6. Filsafat merupakan suatu usaha memperoleh pandangan secara menyeluruh. Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai macam ilmu serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh.
2. Filsafat sebagai suatu metoda. Berfilsafat artinya berpikir secara reflektif, yakni berpikir dengan memerhatikan unsure di belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya.
3. Filsafat sebagai kumpulan persoalan.Befilsafat artinya berusaha untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup.
4. Filsafat merupakan sistem pemikiran.Socrates, Plato, atau Aristoteles merupakan tokoh filsafat yang menghasilkan sistem pemikiran yang menjadi acuan dalam menjawab persoalan, sebagai metode, dan cara bersikap kenyataan.
5. Filsafat merupakan analisis logis. Filsafat berarti berbicara tentang bahasa dan penjelasan makna-makna yang terkandung dalam kata dan pengertian.Hampir setiap filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti istilah dan pemakaian bahasa.
6. Filsafat merupakan suatu usaha memperoleh pandangan secara menyeluruh. Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai macam ilmu serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh.
14) Stanley Deetz menyimpulkan tiga
prinsip dasar fenomenologis:
1) Pengetahuan ditemukan secara
langsung dalam pengalaman sadar. Kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan
dengan pengalaman itu sendiri.
2) Makna benda terdiri dari kekuatan
benda dalam kehidupan seseorang. Bagaimana kita berhubungan dengan benda
menentukan maknanya bagi kita.
3) Bahasa merupakan kendaraan makna.
Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan
mengekspresikan dunia itu.
15) Reduksi eidetis, yaitu dengan menyaring atau
penempatan dalam tanda kurung sebagai hal yang bukan eidos atau intisari atau
hakikat gejala atau fenomena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar